Selasa, 03 Desember 2013

Maryam Jameelah



Revisi makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pemikiran Modern dalam Islam

Oleh:
Ika Wahyu Susanti
1111032100039
Martia Awaliah
1111032100059
Waslan
1111032100017





PERBANDINGAN AGAMA– B FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013


Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir, suara muslimah mulai marak di dengungkan. Namun jika kita melihat islam abad 20, suara pria sangat mendominasi, dari modernisme islam seperti Muhammad Abduh dan gerakan Salafiyyanya pada awal abad 20 sampai tulisan-tulisan dan kegiatan para aktivis dan gerakan-gerakan islam kontemporer dari tulisan dan pidato ulama sampai pidato dan tulisan banyak professional Muslim yang berpendidikan yang semakin menggunakan simbolisme dan retorika islam untuk mengkritik masyarakat mereka dan untuk merencanakan masa depan yang lebih berakar islam. Maryam Jameelah adalah salah satu di antara sedikit perempuan yang melewati dinding pemisah gender. Selama beberapa decade ia telah menjadi suara yang lantang dalam mempertahankan islam tradisional. Buku dan artikelnya yang banyak jumlahnya telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, antara lain Urdu, Arab, Persia, Turki, Bengali, dan Indonesia.

TOKOH PEMBAHARU ISLAM



AMINA WADUD
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada Matakuliah Pemikiran Modern dalam Islam
Dosen Pembimbing: Abdul Muthalib
Oleh :
Ati Puspita (1111032100055)
Dede Ardi Hikmatullah (1111032100037)





JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 



A.                PENDAHULUAN

Saat ini, di dunia telah ramai dengan perubahan dan perkembangan di segala bidang, termasuk salah satunya pada kemajuan di bidang ilmu-ilmu sosial. Pendekatan gender terhadap dehumanisasi-sosial mulai dilakukan para aktivis, seiring dengan maraknya isu kesetaraan dan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki. Pendekatan gender melahirkan kesadaran sosial bahwa selama dalam realitas sosial telah terjadi diskrimasi dan penganiayaan yang secara langsung atau tidak langsung dirasakan terhadap dan oleh kaum perempuan itu sendiri. Di antara hal baru yang giat dilakukan yaitu melakukan analisis atas beberapa atribut sosial dan keagamaan yang selama ini menjadi justifikasi ketidakadilan sosial.
Kritik Karya Feminis pdf dilengkapi dengan Teori dan Aplikasinya dalam Satra Indonesia

Senin, 02 Desember 2013

Tari Gandrung Banyuwangi




Gandrung Banyuwangi adalah seni tari yang disajikan oleh seorang perempuan dewasa yang menari berpasangan dengan laki-laki yang dikenal sebagai pemaju. Pertunjukan gandrung dipentaskan dalam berbagai perayaan,  seperti pernikahan, khitanan, kaul, atau upacara kolektif seperti bersih desa, petik laut, bahkan peringatan hari-hari besar nasional, seperti upacara 17 Agustus maupun upacara hari jadi kota Banyuwangi.
Sejumlah peminat seni dan ahli antropologi mencatat bahwa gandrung Banyuwangi merupakan perkembangan dari ritual seblang, sebuah upacara bersih desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali  dan dianggap sebagai ritus tertua di Banyuwangi. Ritus seblang itu sendiri  berkaitan dengan kultus kesuburan atau pemujaan dewi padi yang merupakan  peninggalan kebudayaan Pra-Hindu (Scholte, 1927; Wolbers, 1992:89; 1993:36; Sutton, 1993:126). Untuk lebih jelas klik Perempuan Seni Tradisi: Kontestasi dan Siasat Lokal
dan video ini anda juga dapat di sini 

Simnas ICMI: "Menganalisis Dimensi Sosial Budaya, dan Agama


video ini merupakan cuplikan dari wacana pembahasan RUU kesetaraan gender, anda dapat langsung melihatnya di sini

The Beauty Bias in Hiring


 

video ini menceritakan bahwa bias atau ketidakadilan tidak hanya terjadi pada gender saja namun juga terjadi pada penampilan personal, anda juga dapat dapat melihat video ini di sini 

Minggu, 01 Desember 2013






Gerakan Perempuan Islam dan Perjuangan Ketidakadilan Gender di Mesir

Diajukan guna memenuhi tugas pada mata kuliah Budhisme semester 4
Dosen Pembimbing : Ibu Siti Nadroh, MA

Oleh:
Nur Jaman



PERBANDINGAN AGAMA– B
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 
2013

Pendahuluan
Kairo – Salah satu potret ikonik revolusi Mesir adalah potret para lelaki dan perempuan yang berdiri bersama, bersatu untuk perubahan positif. Namun setelah itu, perempuan bergulat dengan masalah pelecehan seksual dan dipinggirkan dalam transisi politik. Akan tetapi, para perempuan Mesir tidak pernah berhenti berjuang – dan kini mereka tengah menemukan banyak sekutu baru.
Kondisi Perempuan dan Gerakan Perjuangan Perempunan di Mesir
Negara-negara Arab dikenal sebagai negara yang masyarakatnya kental dengan budaya patriarkis.[1] Budaya patriarkis yang male-centres ini memandang laki-laki lebih berkuasa, mengakibatkan peran perempuan selalu dibatasi. Sampai saat ini, masih ada beberapa negara yang masih membatasi peran perempuan diruang publik dunia kerja, bidang politik dan lain-lain. Namun ada juga beberapa negara yang telah membuka ruang seluas-luasnya agar perempuan dapat berperan aktif di dalam masyarakat.