oleh:
Ika Wahyu. S
1111032100039/ PA/B
Dalam
Kitab Suci menyatakan superioritas laki-laki atas perempuan, dan pada bagian
lain mengimplikasikan kesederajatan. Bagian-bagian yang sering digunakan
sebagai landasan untuk mencemarkan perempuan mencakup penciptaan Hawa dari
rusuk Adam (Kajadian 2:21-23) dan ukuran-ukuran yang tidak sama bagi laki-laki
dan perempuan dalam Hukum Kekudusan dalam Kitab Imamat, yang menetapkan bahwa
seorang anak laki-laki dilahirkan, maka sang ibu najis selama tujuh hari, namun
sebaliknya setelah kelahiran seorang anak perempuan lahir sang ibu najis selama
empat elas hari (Imamat 12).
Perempuan-perempuan
berteologi berdasarkan fakta dan pengalaman dibawah Firman Allah serta
tindakannya menuju kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu,
advokasi bagi kesetaraan (equalitas) dan persahabatan, serta upaya menuju suatu
cara hidup baru yang setara (equal) dalam struktur dan system gereja dan
masyarakat merupakan agenda perjuangan para teolog feminis. Dengan demikian teologi feminis, adalah teologi yang
didorong untuk melakukan advokasi terhadap kesetaraan (equality) dan
kemitraan (partnership) yang di dalamnya perempuan dan laki-laki
mengupayakan transformasi dan pembebasan harkat dan martabat (dignity)
manusia yang tertindas dalam kehidupan gereja dan masyarakat luas.
Sehingga perempuan atau laki-laki yang sadar akan situasi penindasan kaum
perempuan dalam segala bidang kehidupan, maka mereka akan bertindak secara
bertanggung jawab untuk mengubah situasi itu.
Seorang
feminis, ialah seorang yang mengukuhkan kebaikan dan kekuatan kaum perempuan
dan yang merayakan gambar Allah yang telah diberikan. Oleh karena itu, bagi
teolog feminis (Kristen), berteologi (doing theology) yang artinya tidak saja
berfikir dan berbicara tentang Allah dan konsern tersebut dalam terang imannya.
Ketika berbicara tentang asal usul dan tujuan umat
manusia, Alkitab berbicara tentang kesederajatan laki-laki dan perempuan. Pada
penciptaan baik laki-laki maupun perempuan dibuat dalam keserupaan dengan
Allah. “Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri . . . laki-laki
dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1: 27; lihat juga 5: 1-2).
Ide bahwa di mata Allah satu manusia sama harganya dengan
manusia yang lain dalam praktik dan ajaran Yesus sedemikian menonjol sehingga
kita dapat mengatakan bahwa hal itu merefleksikan pikiran Kristus. Di mana-mana
ajaran etis-Nya mengimplikasikan kesederajatan dalam arti bahwa setiap pribadi
dikasihi oleh Allah.
Gerakan yang memperjuangkan kesederajatan hak-hak bagi
perempuan telah sejak awal pada abad ke-18 bertumbuh secara kuat. Pada tahun 1790
Concordet, seorang humanis Prancis memberikan pengungkapan prinsip penghargaan yang
universal dan sederajat. Prinsip itu secara singkat dijelaskan sebagai tuntunan untuk memperlakukan
seperti laki-laki adalah makhluk dengan ketajaman perasaan, akal budi, dan
moral.
PERWATI
adalah wadah Persekutuan Wanita Berpendidikan Teologi di Indonesia. Dalam
bahasa Inggris disingkat ATEWI (Association of Theologically Educated Women in
Indonesia). PERWATI lahir pada tanggal 26 Mei 1995, di Bukit Inspirasi Tomohon. Tujuan PERW/UATI adalah ikut serta mewujudkan masyarakat yang adil, damai,
sejahtera; merencanakan dan mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan perempuan berpendidikan teologi; menumbuhkan kepercayaan kepada
diri sendiri dan kemandirian perempuan berpendidikan teologi.
Moria, merupakan nama
diberikan kepada Komisi Perempuan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang secara formal dideklarasikan pembentukannya
pada 16 Oktober 1957, adalah sebuah lembaga interen gereja yang didirikan
perempuan GBK. Tujuan itu terlera dalam Pokok-pokok Peraturan Moria GBKP Bab II
pasal 3, yang menyatakan tujuan Moria adalah:
ü Membina
anggota-anggotanya agar mengetahui dan memahami Firman Tuhan secara mendalam.
ü Membina
dan memperkokoh persekutuan antar sesama anggotanya.
ü Memotifasi
anggotanya agar mengetahui hak dan tanggung jawabanya selaku anggota gereja dan
masyarakat.
ü Ikut
berperan secara aktif di dalam persekutuan gereja baik di tingkat nasional maupun
internasional (persekutuan oikumene).
Bahan Bacaan
Ø Mariani
Rihi Ga, Ester. Perempuan Merdeka. Kumpulan Tulisan.
Jawa Barat: PERUATI. 2011
Ø Urban,
Linwood.
Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Terjemahan Liem Sien Kie. Jakarta: Gunung Mulia. Cet.
3. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar