Nama:
Ratna Hildya Astuti
Prody:
Perbandingan Agama VB
RESPONDING
PAPER
Sejarah
Feminisme[1]
Lahirnya gerakan Feminisme yang dipelopori oleh kaum perempuan
terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era pencerahan yang
terjadi di Eropa dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet
sebagai pelopornya. Menjelang abad 19 gerakan feminisme ini lahir di
negaranegara penjajahan Eropa dan memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai
universal sisterhood.
Pengertian
Feminisme[2]
Seiring dengan pergerakannya untuk memperjuangkan emansipasi
wanita, dan menghapuskan gender, feminisme bisa dikatakan sebagai sebuah
ideology yang berusaha melakukan pembongkaran system patriarki, mencari akar
atau penyebab ketertindasan perempuan serta mencari pembebasannya. Dengan kata
lain feminisme adalah teori untuk pembebasan wanita. Seperti yang pernyataan
berikut ini;
Secara
etimologis feminis berasal dari kata femme (woman, berarti perempuan (tunggal)
yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai
kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara male dan female
(sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah, masculine dan
feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis cultural). Dengan kalimat lain,
male-female mengacu pada seks, sedangkan masculine-feminine mengacu pada jenis
kelamin atau gender, sebagai he dan she (shelden, 1986), jadi tujuan feminis
adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang luas, feminis
adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,
baik dalam politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 184).
Dari ungkapkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan
feminisme dilakukan untuk mencari keseimbangan gender. Gerakan feminisme adalah
gerakan pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan
perempuan, dan phalogosentrisme.Keseimbangan gender adalah untuk mensejajarkan
posisi maskulin dan feminin dalam konteks satu budaya tertentu. Hal ini
dikarenakan, dalam satu budaya tertentu feminine sering dianggap inferior,
tidak mandiri dan hanya menjadi subjek. Untuk itu feminisme bisa juga dikatakan
sebagai gerakan untuk memperjuangkan kaum perempuan menjadi mandiri. Karena
gerakan feminisme ini merupakan sebuah ideologi yang bertujuan untuk
menciptakan dunia bagi kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan sosial,
feminisme berkembang menjadi beberapa bagian seperti feminisme liberal,
feminisme radikal, feminisme anarkis, feminisme sosialis, feminisme
postkolonial, feminisme postmodern, feminisme marxis. Pembahasan
mengenaiFeminisme Liberal akan dibahas pada penelitian ini, dengan tujuan
adanya pembahasan Feminisme Liberal yang lebih terfokus mengingat aliran
Feminisme ini adalah konsep yang akan dianalisis yang tersirat pada karakter
Isabelle danElla Turner
Feminisme
Liberal[3]
Feminisme liberal adalah salah satu bentuk feminisme yang mengusung
adanya persamaan hak untuk perempuan dapat diterima melalui cara yang sah dan
perbaikan perbaikan dalam bidang sosial, dan berpandangan bahwa penerapan
hak-hak wanita akan dapat terealisasi jika perempuan disejajarkan dengan
laki-laki. Hal tersebut seiring dengan beberapa sumber teori mengenai feminisme
liberal;
Apa yang disebut sebagai feminisme liberal ialah pandangan untuk
menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual.
Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas
dan pemisahan antara dunia pribadi dan umum. Setiap manusia mempunyaikapasitas
untuk berpikir dan bertindak secara rasionl, terutama pada perempuan, akar
ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh
kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka
bisa bersaing di dunia dalam kerangka persaingan bebas dan punya kedudukan
setara dengan laki-laki.
Perkembangan
gerakan feminisme liberal sendiri terbagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Perkembangan feminisme pada abad 18. Pada abad 18 gerakan
feminism liberal menyuarakan pendidikan yang sama untuk perempuan. Karena
lahirnya gerakan feminisme liberal ini berawal dari anggapan nalar lakilaki dan
perempuan memiliki kapasitas yang berbeda maka kaum feminisme liberal mengusung
pendidikan sebagai jalan untuk menyetarakan kemampuan nalar laki-laki dengan
perempuan, selain itu melalui pendidikan juga perempuan dapat menyetarakan
posisinya dimasyarakat agar tidak dipandang sebelah mata dan ditindas lagi.
Selainitu hak pendidikan bagi perempuan juga dilator belakangi oleh kritikan
Wollstonecraft terhadap Email sebuah novel karya Jean Jackques Rosseau yang
membedakan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan. Dalam novel tersebut
diceritakan bahwa pendidikan yang diterima oleh laki-laki lebih menekankan pada
hal-hal yang rasional dan ilmu-ilmu yang mempelajari ilmu alamiah, sosial dan
humaniora karena nantinya akan menjadi seorang kepala keluarga, sedangkan
pendidikan yang diterima oleh perempuan lebih menekan pada emosional atau
ilmu-ilmu seperti pusisi dan seni karena nantinya perempuan akan menjadi
seorang istri yang pengertian, perhatian dan keibuan. Dari hal tersebut maka
feminisme liberal menyuarakan jalan keluar sebuah pendidikan yang setara dengan
laki-laki dengan cara mengajarkan hal-hal yang rasionalitas sehingga perempuan
juga dapat menajdi mahluk yang mandiri (Tong; 2006).
2. Perkembangan feminisme liberal pada abad 19. Pada abad ini kaum
feminisme liberal menyuarakan hak hak sipil yang harus diterima oleh kaum
perempuan dan kesempatan Ekonomi bagi perempuan. Kaum feminisme liberal
memiliki pendapat bahwa pendidikan saja tidak cukup untuk mencapai kesetaraan
antara laki-laki dengan perempuan. Untuk itu, harus ada kesempatan ekonomi yang
harus diberikan pada perempuan agar kesetaraan dapat dicapai. Kesempatan untuk
berperan dalam ekonomi dan dijamin hak-hak sipil bagi perempuan diantara hak
untuk berorganisasi, hak untuk kebebasan berpendapat, hak untuk memih dan hak
milik pribadi. (Tong; 2006). 3. Perkembangan feminisme liberal abad 20. Pada
abad ini perkembangan feminisme liberal ditandai dengan lahirnya gerakan atau
organisasi yang menyurakan hak-hak perempuan, seperti NOW (National
Organization for Women). Organisasi ini juga tidak lain bertujuan menyarakan
agar perempuan dapat memiliki hak atau kesempatan pendidikan dan ekonomi agar
dapat setara dengan laki-laki. (Tong; 2006).Selain itu, pada masa
perkembangannya, feminisme liberal juga diiringi oleh perkembangan terbitnya
buku-buku yang menyuarakan hak-hak perempuan
Feminisme
Radikal[4]
Feminis radikal lahir dari aktivitas dan
analis politik mengenai hak-hak sipil dan gerakan-gerakan perubahan sosial pada
tahun 1950-an; serta gerakan-gerakan wanita yang semarak pada tahun 1960-an dan
1970-an.
di mana aliran ini menawarkan ideologi "perjuangan
separatisme perempuan". Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi
atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada
tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi.
Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam
sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang
"radikal".
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap
perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek
utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal
mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas
(termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan
dikotomi privat-publik. "The personal is political" menjadi gagasan
anyar yang mampu menjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah
yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan
buruk (black propaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal,
karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia
saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (UU PKDRT).
Feminis
socialis[5]
Feminis sosialis mulai dikenal sejak tahun
1970-an. Menurut Jagga, mazhab ini merupakan sintesa dari pendekatan
historis-materialis Marxisme dan Engels dengan wawasan the personal is
political dari kaum feminis radikal,meskipun banyak pendukung mazhab ini kurang
puas dengan analisis Marx dan Engels yang tidak menyapa penindasan dan
perbudakan terhadap wanita
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme
tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa
Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan
yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri
dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan
gender.
Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap
feminisme Marxis. Aliran ini hendakmengatakan bahwa patriarki sudah muncul
sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh.
Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan.
Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami
penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme
merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini
juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber
penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling
mendukung. Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga
inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena
peran warga negara dan pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai
konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin. Agenda perjuangan untuk
memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki. Dalam
konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan
yang menjadi beban perempuan.
Feminis marxis[6]
Aliran ini
memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber
penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori
Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini—status perempuan
jatuh karena adanya konsep kekayaaan pribadi (private property). Kegiatan
produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendri berubah menjadi
keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchange
dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan
perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang
berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam
masyarakat—borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka struktur
masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap perempuan dihapus.
Kaum Feminis Marxis, menganggap bahwa negara bersifat kapitalis
yakni menganggap bahwa negara bukan hanya sekadar institusi tetapi juga perwujudan
dari interaksi atau hubungan sosial. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara
memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun disisi lain, negara
bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai
pekerja.
Feminis
Postkolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman
perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas
koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan
dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami
pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa,
suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme
poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan,
nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam
bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex,
and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis
kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial,
dan pendidikan.”
Teologi Feminisme dan Pengaruhnya terhadap
perempuan[7]
Teologi
berasal dari kata teo dan logos. Teo berarti Tuhan sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi, teologi berarti pemikiran tentang Tuhan;
agama. Feminisme berarti gerakan perempuan (yang katanya) membela hak-haknya.
Jadi, teologi feminisme berarti asas-asas doktrin agama atas gerakan perempuan.
Teologi feminisme ini punya banyak macam, sesuai banyaknya agama yang memiliki
gerakan perempuan. Tapi, pada pembahasan kali ini, saya tak akan membahas semua
macam itu. Sebab keterbatasan waktu dan kemampuan. Saya hanya akan membahas
teologi feminisme dalam Islam.
Jadi, teologi femenisme merupakan dasar pemikiran
para intelektual maupun aktivis feminis untuk memperjuangkan ideologi mereka.
Mereka melakukan reinterpretasi kitab suci mereka (sesuai agamanya
masing-masing), jika interpretasi mainstream mereka anggap tak sesuai
dengan pemikiran mereka. Tak lain dan tak bukan tujuan mereka adalah menarik
massa sebanyak-banyknya. Tapi sayangnya di Indonesia harapan mereka bukan malah
direspon tapi malah dibenci.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar