Oleh:
Ika
Wahyu. S
1111032100039/PA
Tujuan hidup umat manusia menurut
ajaran Agama Hindu ada empat, yang dalam bahasa Sansekerta disebut Catur
Parusharta (empat tujuan utama), yaitu Dharma, Arta, Karna, dan Moksa.
Pengertian gender dalam Agama Hindu merupakan hubungan sosial yang membedakan
perilaku antara perempuan secara proporsional menyangkut moral, etika, dan budaya, bagaimana
seharusnya laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berperan dan bertindak sesuai
dengan ketentuan sisial, moral, etika dan budaya dimana mereka berada. Ada yang
pantas dikerjakan oleh laki-laki ditinjau dari sudut sosial, moral, dan udaya,
tetapi tidak pantas dikerjakan oleh perempuan, demikian pula sebaliknya. Sesuai
dengan ajaran Agama Hindu, Gender bukan merupakan perbedaan social antara
laki-laki dan perempuan.
Agama Hindu mengajarkan bahwa seluruh umat manusia
diperlakukan sama di hadapan Tuhan sesuai dengan dharma baktinya. Manusia yang
lahir ke dunia merdeka dan mempunyai martabat serta hak yang sama di hadapan
Tuhan Yang Maha Esa, baik laki-laki maupun perempuan. Istilah dewa-dewi, Lingga
yoni dalam ajaran Hindu menggambarkan bahwa dualisme ini sesungguhnya ada dan
saling membutuhkan karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan semua makhluk hidup
selalu berpasangan. Di dalam kitab Suci hubungan suami dan istri dalam ikatan
perkawinan disebut sebagai satu jiwa dari dua badan yang berbeda. Lebih jauh di
dalam Manapadharmasastra diuraikan bahwa Tuhan Yang MahaEsa menciptakan alam semesta beserta
segala isinya dalam wujud “Ardha-nari-isvari”, sebagai sebagian
laki-laki dan sebagian lagi sebagai perempuan.
Misalnya
dalam tradisi Hindu mengaitkan status
perempuan dengan status sosial. Perempuan dilihat sebagai pemberi keuntungan kepada
suami dalam mencapai tujuan hidup, yaitu
dharma (kewajiban), artha (kesuburan dan kekayaan), serta kama (kenikmatan
seks). Berdasarkan Manusmurti (hukum manu).
Ajaran agama
Hindu telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi terciptanya kesetaraan gender
antara perempuan dan pria. Garansi' kesetaraan yang mematahkan predikat
streotip bahwa perempuan itu manusia kelas dua tersurat dalam ajaran Weda,
meskipun masih berupa dasar-dasar ajaran etika seperti ajaran sila krama,
tata susila dan tri hita karana. Ajaran-ajaran itu selanjutnya
melahirkan beragam ajaran sesana seperti wiku sesana, rsi sesana, werti sesana,
aji sesana, stri sesana serta putra sesana.
Menurut
Sudarsana, konsep kesetaraan gender dari sudut pandang ajaran agama dijelaskan
dalam ajaran Maya Tattwa. Dalam ajaran itu diungkapkan Sang Hyang Widhi
bermanifestasi menjadi dua kekuatan untuk menciptakan alam semesta beserta
isinya yakni kekuatan cetana (kesadaran) disebut kekuatan purusa
(maskulinum). Kekuatan yang lainnya adalah acetana (ketidaksadaran) yang
disebut kekuatan prakerthi atau predhana (feminin). Kedua
kekuatan itu memiliki proporsi serta fungsi masing-masing.
Dalam
masyarakat Hindu, bila keluarga belum melahirkan anak laki-laki, terasa ada
yang kurang. Karena dalam pandangan Hindu, anak laki-laki-lah yang akan
menyeberangkan jiwa orangtua ke surga. Dalam agama Hindu, sejak awal kehidupan,
perkawinan merupakan salah satu lembaga efektif. Dalam Wreda Smerti disebutkan
bahwa hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan
berusaha agar mereka tidak
bercerai dan tidak melanggar
kesetiaan antara satu dengan yang lain.
Dalam keyakinan
Hindu, hidup itu harus mencapai empat hal; yaitu Dharma (kebenaran,
tugas kewajiban, agama, ajaran moral), Arta (kekayaan), Kama
(nafsu) serta Moksa (manunggaling kawulo gusti). Dalam rangka
melaksanakan darma untuk mengejar arta dan kama supaya mencapai moksa, ajaran
Hindu menggunakan konsep Catur Asram, yaitu:
1.
Brahma Carya, yaitu masa menuntut ilmu pengetahuan (live long
education),
2.
Grahasta,
yaitu masa berumah tangga
3.
Wanaprasta, yaitu masa pensiun
4.
Biksuka,
yaitu masa menunggu mati dengan mendalami agama
Tugas dan kewajiban suami dalam
rumah tangga adalah:
1) Menjaga kesehatan jasmani
2) Mendidik jiwa anak
3) Memberi makan anak
4) Memberi perlindungan pada anak dan
istri
5) Memberi perlindungan pada keluarga
saat bahaya datang
6) Mengusahakan makanan yang sehat dan
suci serta diperoleh dari perbuatan yang benar
7) Member ilmu pengetahuan
8) Membina mental spiritual
9) Menggauli istri, menghormati istri,
10) Suami sebagai pelindung istri
11) Bertugas mengawinkan anak-anaknysa
dengan adil.
Sedangkan tugas istri, dalam Kitab
Mahabharat disebutkan; istri sebagai ibu, juga sebagai dewi,
sebagai permaisuri. Dalam Kitab Ramayana, tugas istri adalah:
1. Melahirkan dan memelihara anak
2. Memberi kebahagiaan pada suami dan anak
3. Ramah pada suami dan keluarga suami, baik dalam suka
maupun duka.
4. Memeberi kebahagiaan dan keberuntungan pada suami dan
mertua
5. Menjadi pengayom dalam keluarga
6. Berpeampilan lemah lembut dan simpatik.
7. Menjadi pelopor kebaikan dalam keluarga
8. Patuh pada suami.
9. Setia pada suami
10. Senantiasa waspada dan tahan uji.
11. Menghormat pada orangtua
Bahan Bacaan
§ http://artikeltugaskuliah.blogspot.com/2013/05/gender-dalam-perspektif-agama.html, diakses pada Rabu 20 November 2013, pukul 21.56
§ http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_LUAR_SEKOLAH/196111091987031-MUSTOFA_KAMIL/Bhaan_kuliah/KONSEP_DAsar_gender.pdf, diakses pada Selasa 26 November 2013, pukul 22.18
§ http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Pengantar%20Teori%20dan%20Aplikasi%20Struktur%20Naratif%20Kritik%20Sastra%20Feminis%20(SD).pdf, diakses pada Selasa 26 November 2013, pukul 22.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar