Rabu, 27 November 2013

Relasi Gender Menurut Agama Hindu

Oleh:
Ika Wahyu. S
1111032100039/PA
Tujuan hidup umat manusia menurut ajaran Agama Hindu ada empat, yang dalam bahasa Sansekerta disebut Catur Parusharta (empat tujuan utama), yaitu Dharma, Arta, Karna, dan Moksa. Pengertian gender dalam Agama Hindu merupakan hubungan sosial yang membedakan perilaku antara perempuan secara proporsional menyangkut  moral, etika, dan budaya, bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berperan dan bertindak sesuai dengan ketentuan sisial, moral, etika dan budaya dimana mereka berada. Ada yang pantas dikerjakan oleh laki-laki ditinjau dari sudut sosial, moral, dan udaya, tetapi tidak pantas dikerjakan oleh perempuan, demikian pula sebaliknya. Sesuai dengan ajaran Agama Hindu, Gender bukan merupakan perbedaan social antara laki-laki dan perempuan.
Agama Hindu mengajarkan bahwa seluruh umat manusia diperlakukan sama di hadapan Tuhan sesuai dengan dharma baktinya. Manusia yang lahir ke dunia merdeka dan mempunyai martabat serta hak yang sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, baik laki-laki maupun perempuan. Istilah dewa-dewi, Lingga yoni dalam ajaran Hindu menggambarkan bahwa dualisme ini sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan semua makhluk hidup selalu berpasangan. Di dalam kitab Suci hubungan suami dan istri dalam ikatan perkawinan disebut sebagai satu jiwa dari dua badan yang berbeda. Lebih jauh di dalam Manapadharmasastra diuraikan bahwa Tuhan  Yang MahaEsa menciptakan alam semesta beserta segala isinya dalam wujud “Ardha-nari-isvari”, sebagai sebagian laki-laki dan sebagian lagi sebagai perempuan.
Misalnya dalam tradisi Hindu mengaitkan  status perempuan dengan status sosial. Perempuan dilihat sebagai pemberi keuntungan kepada suami dalam mencapai tujuan  hidup, yaitu dharma (kewajiban), artha (kesuburan dan kekayaan), serta kama (kenikmatan seks). Berdasarkan Manusmurti (hukum manu).
Ajaran agama Hindu telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi terciptanya kesetaraan gender antara perempuan dan pria. Garansi' kesetaraan yang mematahkan predikat streotip bahwa perempuan itu manusia kelas dua tersurat dalam ajaran Weda, meskipun masih berupa dasar-dasar ajaran etika seperti ajaran sila krama, tata susila dan tri hita karana. Ajaran-ajaran itu selanjutnya melahirkan beragam ajaran sesana seperti wiku sesana, rsi sesana, werti sesana, aji sesana, stri sesana serta putra sesana.
Menurut Sudarsana, konsep kesetaraan gender dari sudut pandang ajaran agama dijelaskan dalam ajaran Maya Tattwa. Dalam ajaran itu diungkapkan Sang Hyang Widhi bermanifestasi menjadi dua kekuatan untuk menciptakan alam semesta beserta isinya yakni kekuatan cetana (kesadaran) disebut kekuatan purusa (maskulinum). Kekuatan yang lainnya adalah acetana (ketidaksadaran) yang disebut kekuatan prakerthi atau predhana (feminin). Kedua kekuatan itu memiliki proporsi serta fungsi masing-masing.
Dalam masyarakat Hindu, bila keluarga belum melahirkan anak laki-laki, terasa ada yang kurang. Karena dalam pandangan Hindu, anak laki-laki-lah yang akan menyeberangkan jiwa orangtua ke surga. Dalam agama Hindu, sejak awal kehidupan, perkawinan merupakan salah satu lembaga efektif. Dalam Wreda Smerti disebutkan bahwa hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan berusaha agar mereka tidak bercerai dan tidak melanggar kesetiaan antara satu dengan yang lain.
            Dalam keyakinan Hindu, hidup itu harus mencapai empat hal; yaitu Dharma (kebenaran, tugas kewajiban, agama, ajaran moral), Arta (kekayaan), Kama (nafsu) serta Moksa (manunggaling kawulo gusti). Dalam rangka melaksanakan darma untuk mengejar arta dan kama supaya mencapai moksa, ajaran Hindu menggunakan konsep Catur Asram, yaitu:
1.      Brahma Carya, yaitu masa menuntut ilmu pengetahuan (live long education),
2.      Grahasta, yaitu masa berumah tangga
3.      Wanaprasta, yaitu masa pensiun
4.      Biksuka, yaitu masa menunggu mati dengan mendalami agama
Tugas dan kewajiban suami dalam rumah tangga adalah:
1)      Menjaga kesehatan jasmani
2)      Mendidik jiwa anak
3)      Memberi makan anak
4)      Memberi perlindungan pada anak dan istri
5)      Memberi perlindungan pada keluarga saat bahaya datang
6)      Mengusahakan makanan yang sehat dan suci serta diperoleh dari perbuatan yang benar
7)      Member ilmu pengetahuan
8)      Membina mental spiritual
9)      Menggauli istri, menghormati istri,
10)  Suami sebagai pelindung istri
11)  Bertugas mengawinkan anak-anaknysa dengan adil.
Sedangkan tugas istri, dalam Kitab Mahabharat disebutkan; istri sebagai ibu, juga sebagai dewi, sebagai permaisuri. Dalam Kitab Ramayana, tugas istri adalah:
1.      Melahirkan dan memelihara anak
2.      Memberi kebahagiaan pada suami dan anak
3.      Ramah pada suami dan keluarga suami, baik dalam suka maupun duka.
4.      Memeberi kebahagiaan dan keberuntungan pada suami dan mertua
5.      Menjadi pengayom dalam keluarga
6.      Berpeampilan lemah lembut dan simpatik.
7.      Menjadi pelopor kebaikan dalam keluarga
8.      Patuh pada suami.
9.      Setia pada suami
10.  Senantiasa waspada dan tahan uji.
11.  Menghormat pada orangtua

Bahan Bacaan
§  http://artikeltugaskuliah.blogspot.com/2013/05/gender-dalam-perspektif-agama.html, diakses pada Rabu 20 November 2013, pukul 21.56



Tidak ada komentar:

Posting Komentar