Jumat, 29 November 2013

Tokoh Pewayangan Perempuan


      Dewi Sukesi, putrid raja rasaksa Sumali di Alengka dengan Dewi Danuwati, Danuwati putri raja Mathili. Walaupun berujud rasaksa namun Prabu Sumali berwatak pandita keturunan batara Brama. Putrinyapun cantik dan berbudi luhur, tidak ada yang mengira putrid seorang rasaksa. Oleh Sindusastra digambarkan :


Warnane dewi Sukesi, tan mantra putrining ditya, ngasorken resmining
sasi, sasat absari swarga, rajaputri ing Ngalengka, sayekti punjul ing bumi.
(Sindusastra, 1936, I : 23)

(Kecantikan dewi Sukesi mengalahkan keindahan bulan, tidak ada yang mengira kalau putrid rasaksa. Seakan-akan bidadari sorga, putriraja Alengka
betul-betul unggul di dunia)

Dalam percakapan antara Resi Wisrawa dengan Prabu Sumali pada waktu melamar Dewi Sukesi, diceritakan oleh Sumali dalam Serat Arjunasasrabahu sebagai berikut :

Kalamun mijila priya, putra tuwan pun Sukesi, memper lan
pun Wisrawana, limpad pasanging lelungid, wasis pratameng
kawi, saliring lukita putus, tatas titising sastra, emane mijil
pawestri, alit mila denya karem ulah sastra.

(Seandainya dia lahir sebagai pria, putramu Sukesi itu mirip
Wisrawana. Ia sangat cerdas, tajam perasaannya, pandai dan
Luwes berbahasa (berbicara), pandai tentang segala ilmu. Sayang lahir sebagai wanita, sejak kecil senang berolah ilmu).

Pan ing mangke diwasanya, dadya lok liyan negari, kathah para
raja-raja, kang prapta ngebun-bun enjing, wangsul samya tinampik,
putranta pratignyanipun, benjing purun akrama, lamun
antuk satriya di, tuwin para ratu kang saged narbuka.

(Kini telah dewasa, menjadi buah bibir begara lain, banyak raja dating meminang, semuanya kembali, ditolak. Ia bersumpah, hanya mau
menikah dengan satriya yang luhur atau raja yang dapat menjelaskan)

Artine kang sastra cetha arjendra hayuning bumi, malah prasetyanira,
Seksi ing para maharsi, kinarya pasanggiri, yen tan antuk ratu punjul. Ingkang saged narbuka, wahananing kang sastradi, prasetyane
wahdat datan arsa krama

(makna sastra cetha arjendra hayuning bumi, bahkan sumpahnya yang disaksikan oleh para maharesi, dijadikan sayembara, bila tidak mendapatkan raja yang unggul, yang dapat menjelaskan ilmu luhur tersebut, ia akan wadat, tidak menikah)

Kini putramu dicegah oleh kemenakan, Jambumangli bertindak sebagai penghalang. Kepada semua rajaadiknya dijadikan sayembara perang. Agar dapat mendapatkan jodoh raja perwira dan sakti, yang dapat menandingi kekuatannya.

Jadi sekarang janji nini putrid tertutup, terhalang, yang kelihatan hanya sayembara perang, akal si Jambumangli. Ia seperti mempunyai maksud, menginginkan Sukesi tetapi tidak berani menyampaikan kepadaku. Dan yang kedua tidak sanggup menjelaskan arti ilmu itu.

Adapun teks Arjunawijaya yang disebut di atas (pupuh I, 8-13) yang kiranya menjadi “ngelmu” sastrajendra hayuning rat adalah bait yang ke 11, yang berbunyi :

Ndan sang pandita dibyacitta wihikan karyanya
sang stryahajong nghing putreki ginongnya mongha
sedeng ing pujatibhakti n teka ………..(11)

Nah, ang pendeta yang bijaksana itu tahu akan tugas
Sang putrid yang cantik jelita itu, yakni hanya putralah
yang diinginkannya, maka ia (putrid itu) dating pada
saat ia (sang pendeta) sedang mengadakan pemujaan
dengan sangat hormatnya ………… (11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar