Dewi Sukesi, putrid raja rasaksa Sumali di
Alengka dengan Dewi Danuwati, Danuwati putri raja Mathili. Walaupun berujud
rasaksa namun Prabu Sumali berwatak pandita keturunan batara Brama. Putrinyapun
cantik dan berbudi luhur, tidak ada yang mengira putrid seorang rasaksa. Oleh
Sindusastra digambarkan :
Warnane
dewi Sukesi, tan mantra putrining ditya, ngasorken resmining
sasi,
sasat absari swarga, rajaputri ing Ngalengka, sayekti punjul ing bumi.
(Sindusastra,
1936, I : 23)
(Kecantikan dewi Sukesi
mengalahkan keindahan bulan, tidak ada yang mengira kalau putrid rasaksa.
Seakan-akan bidadari sorga, putriraja Alengka
betul-betul unggul di dunia)
Dalam percakapan antara Resi
Wisrawa dengan Prabu Sumali pada waktu melamar Dewi Sukesi, diceritakan oleh
Sumali dalam Serat Arjunasasrabahu sebagai berikut :
Kalamun
mijila priya, putra tuwan pun Sukesi, memper lan
pun
Wisrawana, limpad pasanging lelungid, wasis pratameng
kawi,
saliring lukita putus, tatas titising sastra, emane mijil
pawestri,
alit mila denya karem ulah sastra.
(Seandainya dia lahir sebagai
pria, putramu Sukesi itu mirip
Wisrawana. Ia sangat cerdas,
tajam perasaannya, pandai dan
Luwes berbahasa (berbicara), pandai
tentang segala ilmu. Sayang lahir sebagai wanita, sejak kecil senang berolah
ilmu).
Pan
ing mangke diwasanya, dadya lok liyan negari, kathah para
raja-raja,
kang prapta ngebun-bun enjing, wangsul samya tinampik,
putranta
pratignyanipun, benjing purun akrama, lamun
antuk
satriya di, tuwin para ratu kang saged narbuka.
(Kini telah dewasa, menjadi
buah bibir begara lain, banyak raja dating meminang, semuanya kembali, ditolak.
Ia bersumpah, hanya mau
menikah dengan satriya yang
luhur atau raja yang dapat menjelaskan)
Artine
kang sastra cetha arjendra hayuning bumi, malah prasetyanira,
Seksi
ing para maharsi, kinarya pasanggiri, yen tan antuk ratu punjul. Ingkang saged
narbuka, wahananing kang sastradi, prasetyane
wahdat
datan arsa krama
(makna sastra cetha arjendra
hayuning bumi, bahkan sumpahnya yang disaksikan oleh para maharesi, dijadikan
sayembara, bila tidak mendapatkan raja yang unggul, yang dapat menjelaskan ilmu
luhur tersebut, ia akan wadat, tidak menikah)
Kini
putramu dicegah oleh kemenakan, Jambumangli bertindak sebagai penghalang.
Kepada semua rajaadiknya dijadikan sayembara perang. Agar dapat mendapatkan
jodoh raja perwira dan sakti, yang dapat menandingi kekuatannya.
Jadi sekarang janji nini putrid
tertutup, terhalang, yang kelihatan hanya sayembara perang, akal si
Jambumangli. Ia seperti mempunyai maksud, menginginkan Sukesi tetapi tidak
berani menyampaikan kepadaku. Dan yang kedua tidak sanggup menjelaskan arti
ilmu itu.
Adapun teks Arjunawijaya yang
disebut di atas (pupuh I, 8-13) yang kiranya menjadi “ngelmu” sastrajendra
hayuning rat adalah bait yang ke 11, yang berbunyi :
Ndan
sang pandita dibyacitta wihikan karyanya
sang
stryahajong nghing putreki ginongnya mongha
sedeng
ing pujatibhakti n teka ………..(11)
Nah, ang pendeta yang bijaksana
itu tahu akan tugas
Sang putrid yang cantik jelita
itu, yakni hanya putralah
yang diinginkannya, maka ia
(putrid itu) dating pada
saat ia (sang pendeta) sedang
mengadakan pemujaan
dengan sangat hormatnya …………
(11)
Mengenai cerita Dewi Sukesi ini dapat di lihat di http://pdwi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=615:tokoh-perempuan-dalam-pewayangan&catid=66:makalah&Itemid=180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar